๏ปฟA. LATAR BELAKANG Terumbu karang merupakan batuan sedimen kapur yang bisa terbentuk karena kalsium karbonat dari biota laut yang menghasilkan kalsium karbonat tersebut dan kemudian terjadi sedimentasi. Sedimentasi pada terumbu ini bisa berasal dari alga ataupun karang. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Memiliki lautan yang luasnya 70% dari total keseluruhan luas negaranya, perairan Indonesia menyimpan kekayaan terumbu karang terbaik dunia. menjadikannya sebagai "surga" di bawah laut. Ditambah lagi dengan kawanan ikan-ikan yang beraneka warna, membuatnya semakin indah. Kekayaan biologi serta kejernihan airnya, membuat kawasan Taman Laut Indonesia menjadi populer hingga ke mancanegara dan juga dikenal sebagai tempat wisata. Di sekitar terumbu karam, banyak biota laut yang hidup seperti hewan avertebrata seperti kerang, ikan kecil, siput, anemon laut, crustacea, penyu, alga dan juga teripang. Terumbu karang ini memiliki banyak manfaat tidak hanya untuk manusia, namun juga untuk biota laut dan juga lingkungan, Review ini bermaksud memberikan informasi mengenai manfaat terumbu karang bagi manusia dan lingkungan hidup, sehingga diharapkan dapat menambah wawasan yang bermanfaat bagi kita untuk selalu merawat terumbu karang yang ada di laut. 1 Penelitian telah mengungkapkan bahwa terdapat lebih dari spesies yang hidup di terumbu karang, serta diperkirakan juga terdapat lebih dari satu juta spesies yang mendiami ekosistem ini, Tak hanya bagi mahluk air, terumbu karang pun menjadi sumber protein bagi manusia lewat ikan-ikan yang tumbuh besar di wilayah ini. Di Indonesia, sekitar 60% protein nabati diperoleh dari ikan. Artinya, sekitar 120 juta orang bergantung pada pasokan ikan di perairan sebagai sumber pangan mereka. Hal ini belum termasuk menjadi sumber pendapatan sebesar juta dollar AS dari bisnis perikanan dan 12 juta dollar AS dari bisnis pariwisata di Asia Tenggara. Ekosistem ini juga mempunyai produktivitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi, sehingga terumbu karang juga dikenal sebagai laboratorium untuk ilmu ekologi dan berpotensi sebagai bahan obat-obatan, anti virus, anti kanker, selain itu terumbu karang juga bisa mencegah banjir rob, pemecah gelombang dan tsunami, terumbu karang juga bisa dijadikan sebagai objek wisata. Dari pemaparan ahli diatas kita dapat mengetahui bahwa terumbu karang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan hidup jika kita memanfaatkan dengan baik contohnya saja terumbu karang bisa dijadikan bahan pewarna makanan alami yang lebih sehat daripada pewarna makanan dari kimia dan terumbu karang juga berperan penting dalam pembuatan kosmetik Bahan Kosmetik, Dengan adanya terumbu karang, maka berbagai jenis alga bisa tumbuh dengan baik di terumbu karang tersebut. Alga ini sangat berguna sebagai bahan dasar membuat kosmetikLautsekitar Pulau Unggas sangat tenang dasarnya merupakan habiยญtat padang lamun dan juga terumbu karang sehingga sangat cocok untuk pengembangan keramba jaring apung (KJA) untuk jenis ikan kerapu. Disamping pengembangan perikanan budidaya daerah sepadan Pulau Unggas ini juga direncanakan menjadi kawasan lindung lokal dengan pola pemanfaatan Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis ekosistem terumbu karang merupakan tempat berbagai organisme yang berasosiasi dengannya untuk berlindung, mencari makan dan berkembang biak. Disamping itu keberadaan ekosistem terumbu karang dapat melindungi pantai dari gelombang dan abrasi. Sedang kan secara ekonomi, ekosistem terumbu karang yang indah merupakan objek wisata bahari yang menarik serta merupakan daerah โfishing groundโ yang potensial terutama bagi nelayan tradisional. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free EKOWISATA TERUMBU KARANG Lis M. Yapanto Fakultas Perikanan Dan Kelautan jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Negeri Gorontalo lizrossler PENDAHULUAN Latar Belakang Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada di dalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia dan tidak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari km persegi yang tersebar luas dari perairan kawasan Barat Indonesia sampai kawasan Timur Indonesia. Wilayah Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang dunia dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis ekosistem terumbu karang merupakan tempat berbagai organisme yang berasosiasi dengannya untuk berlindung, mencari makan dan berkembang biak. Disamping itu keberadaan ekosistem terumbu karang dapat melindungi pantai dari gelombang dan abrasi. Sedang kan secara ekonomi, ekosistem terumbu karang yang indah merupakan objek wisata bahari yang menarik serta merupakan daerah โfishing groundโ yang potensial terutama bagi nelayan tradisional. Istilah terumbu karang sebenarnya mengandung makna gabungan antara terumbu dan karang. Secara umum terumbu dapat diart ikan sebagai suatu substrat keras di perairan laut yang menjadi habitat dari berbagai biota laut. Kelimpahan nutrien pada ekosistem terumbu karang menjadikannya suatu ekosistem yang kaya akan berbagai biota laut yang mengandalkan lingkungan ini, baik sebagai tempat mencari makan, tempat berpijah maupun berlindung, ekosistem terumbu karang juga mempunyai peran lain dalam melindungi pantai dari terpaan ombak sekaligus sebagai kawasan yang mampu memberikan jasa lingkungan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Rumusan Masalah 1. apa itu ekowisata? 2. apa itu terumbu karang? Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari matakuliah ekowisata, serta menambah wawasan mahasiswa mengenai ekowisata terumbu karang. BAB II PEMBAHASAN Ekowisata Ekowisata menurut Fennel dalam arida 2009 merupakan wisata yang berbasis alam yang berkelanjutan dengan fokus pengalaman dan pendididkan tentang alam, dikelola dengan sistem pengelolaan tertentu dan memberikan dampak negatif paling rendah terhadap lingkungan, tidak bersifat konsumtif dan berorientasi pada lokal dalam hal kontrol, manfaat yang dapat diambil dari kegiatan usaha. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang bersifat khas. Dalam hal ini, kegiatan yang berisi unsur โekoโ saja yang dapat dimasukan dalam ekowisata, yaitu memperhatiakan aspek ekologis, ekonomis dan persepsi masyarakat, bahkan secara khusus ada ahli yang mengatakan bahwa kegiatan ekowisata ini melibatkan unsur pendidikan Arida,200923. Ekosistem Terumbu Karang Terdapat tiga jenis tipe struktur terumbu karang di Indonesia, yaitu karang tepi fringing reef, karang penghalang barrier reef, dan karang cincin atoll. Terumbu karang khususnya terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan kedalaman tidak lebih 40m sehingga berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makan feeding ground, tempat asuhan dan pembesaran nursery ground serta tempat pemijahan spawning ground bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang Bengen, 2001. Proses fotosintesis bagi zooxanthellae tergantung dari penetrasi radiasi matahari yang masuk ke dalam kolom air, maka kedalaman dan kejernihan air merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan terumbu dan koloni karang. Radiasi matahari yang cukup untuk mendukung proses fotosintesis zooxanthellae terumbu karang yang terjadi pada kedalaman tersebut dan kejernihan air terkait dengan kandungan sedimen alam perairan. Di satu sisi kandungan sedimen yang tinggi akan menghambat penetrasi radiasi matahari sehingga mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan untuk proses fotosintesis, disisilain endapan sedimen di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sedimen tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesa untuk menghasilkan energi juga terhambat. Hal itulah yang menyebabkan karang terhambat pertumbuhan nya Nybakken, 1992. Nontji 1987, mengemukakan ekosistem terumbu karang meliputi areal seluas km2 dari luas perairan dan merupakan ekosistem unik, hidup di daerah tropis dengan produktifitas yang sangat tinggi. Menurut Zhong dan Dong 1999, terumbu karang coral reef terdiri dari dua kata yaitu terumbu reef yang berarti endapan masif kapur limestone, terutama kalsium karbonat CaCO3 yang berupa hasil sekresi kapur dari hewan karang dan biota-biota lainnya, seperti alga berkapur dan moluska, dari hasil sekresi tersebut terbentuk konstruksi batu kapur biogenis sebagai struktur dasar ekosistem pesisir. Nyabaken 1986, juga menyebutkan terumbu dapat diartikan punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air. Sedangkan, karang coral, yaitu sejenis hewan dari ordo scleractinia, yang menghasilkan kalsium karbonat CaCO3 dari hasil sekresinya. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip. Jadi terumbu karang coral reef adalah sebuah ekosistem di dasar laut pada daerah tropis yang tebentuk dari kapur hasil sekresi biota laut khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis mollusca, crustacean, echinodermata, polikhaeta, porifera, dan tuni kata juga biota-biota yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton Sumich dan Dudley, 1992. Perbedaan pengertian dari masing-masing kata dari terumbu karang secara tidak langsung menyatakan bahwa karang terbagi berdasarkan pembentuknya. Terdapat dua kelompok karang berdasarkan pembentuknya yaitu karang hermatifik dan karang ahermatifik. Perbedaan kedua kelompok karang ini adalah terletak pada kemampuan karang hermatifik dalam menghasilkan terumbu. Kemampuan menghasilkan terumbu ini disebabkan oleh adanya sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis di dalam jaringan karang hermatifik. Sel-sel tumbuhan ini dinamakan zooxanthellae. Dahuri, et al. 2001, mengatakan Karang hermatifik hanya ditemukan di daerah tropis sedangkan karang ahermatifik tersebar di seluruh dunia. Zooxanthellae melalui proses fotosintesis membantu memberi suplai makanan dan oksigen bagi polip dan juga mambantu proses pembentukan kerangka kapur serta memberi warna pada karang. Sebaliknya polip karang menghasilkan sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, fosfat dan nitrogen yang digunakan oleh zooxanthellae untuk fotosintesis dan pertumbuhannya Nontji, 1993. Menurut Nyabakken 1992, ekosistem terumbu karang memiliki kemampuan untuk menahan nutrien dalam sistem sehingga merupakan ekosistem yang subur dan memiliki produktivitas organik yang tinggi. Ekosistem terumbu karang dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari dikarenakan ekosistem terumbu karang yang kaya akan keanekaragaman spesies dan penghuninya disebabkan habitat pada ekosistem terumbu karang yang bervariasi Dahuri et al.,2001. Selain fungsi ekologis, terumbu karang juga memiliki keindahan karena adanya berbagai jenis karang, ikan, lili laut, teripang, kerang-kerangan, siput laut, dan lain sebagainya, yang membuat takjub para wisatawan. Terumbu karang dapat menjadi objek wisata melalui kegiatan snorkeling, menyelam, ataupun hanya melihat keindahannya dari atas kapal yang dilengkapi kaca pada lantainya glass bottom boat Yusri, 2012. Berdasarkan pertumbuhan dan hubungan dengan daratan terumbu karang dapat dibedakan menjadi 3 tipe yaitu, terumbu karang tepi fringing reef mayoritas berada di daerah pesisir pantai hingga kedalaman 40 m yang tumbuh ke atas dan mengarah ke laut lepas, perkembangannya mengelilingi pulau, terumbu karang penghalang barrier reef relatif lebih jauh dari pulau sekitar 0,52 km kearah laut lepas berupa batas perairan dengan kedalaman 75 m umumnya berada di sekitar pulau yang amat besar membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus, dan terumbu karang cincin atol berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 m. Namun di Indonesia memiliki satu ciri khas bentuk terumbu karang, yaitu terumbu karang gosong pacth reef terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal Castro dan Huber, 2005. Wisata Bahari Wisata juga umumnya disebut pariwisata, dalam bukunya Warpani 2007, mengatakan bahwa penggunaaan kata pariwisata baru populer digunakan pada tahun 1958. Sebelum itu masih digunakan kata turisme, yang merupakan serapan bahasa belanda tourisme. Setelah tahun 1956 resmilah kata pariwisata sebagai padanan tourisme. Perkembangan dan pengayaan makna selanjutnya adalah hadirnya istilah darmawisata, karyawisata, widyawisata, yang semuanya mengandung unsur โwisataโ. Menurut Pendit 2002, wisata secara harfiah diambil dari kata bahasa sansekerta yang berasal dari โwisโ yang berarti rumah, kampung atau komunitas, dan โataโ yang berarti mengembara atau pergi terus menerus. Wisata menurut Pusat Bahasa 2008, berarti bepergian bersama-sama, baik untuk tujuan memperluas pengetahuan atau hanya sekedar bersenang-senang. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009, Bab I Pasal 1 Butir 1 berbunyi โWisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementaraโ. Dalam sebuah kegiatan wisata, pelaku atau yang melakukan wisata disebut sebagai wisatawan. Berdasarkan semua pengertian yang telah dikemukakan dapat ditemukan kesaman dari semua pengetian tersebut yang menunjuk kepada tiga hal yaitu, pelaku, objek yang berupa tempat, serta waktu. Kegiatan wisata tentu mempunyai daya tarik sebagai objek yang membuat wisatawan berdatangan dan mau menikmati, mengamati atau mempelajari. Sehingga dalam kegiatan wisata daya tarik inilah yang sangat penting. Oleh karena itu menurut kegiatan wisata atau pariwisata harus menjaga dan menjamin kelestarian lingkungan Warpani, 2007. Namun dalam menjaga kelestarian lingkungan tidaklah mudah. Jumlah wisatawan yang mengunjungi daerah yang masih asli lingkungannya meningkat secara tajam pada beberapa tahun belakagan ini. Oleh karena itu perlunya konsep daya dukung kawasan dalam suatu area wisata. Daya dukung kawasan merupakan salah satu bagian dari konsep ekowisata. Pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekowisata di Daerah, ekowisata dibagi menurut jenisnya yaitu, ekowisata bahari, ekowisata hutan, ekowisata pegunungan dan ekowisata karst. Layaknya konsep ekowisata pada umumnya yang berbasis lingkungan, penentuan daya dukung kawasan wisata bahari lebih dikhususkan untuk pemanfaatan ekosistem pesisir dan laut yang bijak dan ramah lingkungan. Seperti yang ditegaskan Yulianda 2007, bahwa ekowisata bahari merupakan ekowisata yang memanfaatkan karakter sumber daya pesisir dan laut. Ekowisata bahari merupakan konsep wisata bahari yang ramah lingkungan atau kegiatan yang berorientasi pada kelestarian lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam dan industri kepariwisataan Yulianda, 2007. Nurisyah 1998 dalam Lewaherilla 2002, berpendapat keragaman daerah pesisir dalam kegiatan wisata bahari merupakan daya tarik tersendiri, sehingga dalam jenis pemanfaatan wilayah pesisir dan laut sebagai kawasan wisata bahari dapat dibagi menjadi kegiatan yang dilakukan di perairan dan kegiatan yang dilakukan di pantai. Jenis kegiatan di perairan berupa kegiatan berperahu, berenang, snorkeling, menyelam dan memancing. Sedangkan kegiatan dipantai seperti olah raga pantai, piknik menikmati atmosfer laut, dan sebagainya. Menurut Ketjulan 2010, jika ditinjau dari aspek konservasi, ekowisata bahari merupakan bagian dari kegiatan untuk melestarikan sumberdaya pesisir dan laut karena pengembangan ekowisata didasarkan pada kerusakan ekosistem atau sumber daya akibat kegiatan wisata atau kegiatan lain yang memberikan dampak negatif. Ketjulan 2010 menambahkan, kegiatan wisata bahari dapat menimbukan turunnya kualitas sumber daya sehingga perlunya pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut yang tetap memperhatikan keseimbangan antara pemanfaatan dan kelestarian sumber daya objek dari kegiatan wisata dengan melakukan pengelolaan yang berkelanjutan. Tidak jauh berbeda, dengan berdasar pada defenisi ekowisata, Tuwo 2011 menyimpulkan bahwa ekowisata bahari merupakan wisata yang berbasis pada sumberdaya pesisir dan laut dengan meneyertakan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekosistem pesisir dan laut. Namun dalam hal ini konsep ekowisata yang diterapkan hanya mencakup daya dukung fisik dari daerah wisata. Wisata Selam Dunia selam awalnya merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan olahraga, sehingga belum digunakan sebagai salah satu media untuk menikmati keindahan laut. Seiring perkembangannya kegiatan penyelaman mulai berubah fungsi menjadi kegiatan untuk menikmati keindahan bawah laut yang kemudian disebut wisata selam. Menurut Suhonggo 1998 dalam Santoso 1998 menyelam atau diving terbagi menjadi dua kategori yaitu skin diving atau scuba diving. Scuba diving adalah menyelam di dasar permukaan air sehingga kita dapat menikmati keindahan bawah air secara lebih dekat Suhonggo, 1998 dalamSantoso, 1998. Pada kegiatan wisata selam ada beberapa kategori yang harus diperhatikan untuk kelayakan suatu lokasi penyelaman yaitu, kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis karang, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang. Sedangkan untuk daya dukung wisata selam harus memenuhi luasan 2000 m2 untuk dua orang penyelam, dalam waktu 8 jam sehari Yulianda, 2007. Wisata Snorkeling Berbeda dengan selam scuba diving, Snorkeling skin diving diartikan sebagai salah satu jenis menyelam dibawah air menggunakan snorkel, alat khusus berupa pipa yang dihubungkan dengan udara yang membuat kita dapat bernapas di dalam air, dengan posisi kepala tetap di dalam air sambil menikmati keindahan yang berada di dasar Suhonggo, 1998 dalam Santoso 1998. Skin diving memiliki kriteria kelayakan suatu lokasi untuk dijadikan lokasi wisata selam, tidak jauh berbeda dengan kegiatan scuba diving, berupa kecerahan perairan, tutupan karang, jenis bentuk pertumbuhan karang lifeform karang, jenis ikan karang, kecepatan arus, dan kedalaman terumbu karang serta ditambahkan lebar hamparan dasar karang, sedangkan untuk memenuhi daya dukungnya, area yang harus tersedia untuk seorang pengunjung adalah 500 m2, dan waktu yang dibutuhkan dalam sehari 6 jamYulianda, 2007. BAB III Kesimpulan Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah โข sebagai tempat hidup ikan yang banyak dibutuhkan manusia dalam bidang pangan, seperti ikan, dan batu karang, โข pariwisata, wisata bahari melihat keindahan bentuk dan warnanya. โข penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah sebagai penahan abrasi pantai yang disebabkan gelombang dan ombak laut, serta sebagai sumber keanekaragaman hayati. Saran Dalam menata sebuah kawasan menjadi tempat rekreasi, dibutuhkan inovasi baik itu infrastruktur bangunan seperti transportasi, hotel, juga keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Miskin inovasi akan terasa sulit untuk memasuki bisnis rekreasi berbasis masyarakat dan ekologi. Bukan hanya bom inovasi, artinya bukan hanya sekali dibuat tapi berlaku untuk seterusnya berkelanjutan /sustainable. REFERENCE [1] Akbar, Aldino. 2006. Inventarisasi Pontensi Ekosistem Terumbu Karang UntukWisata Bahari Snokeling dan Selam di Pulau Kera, Pulau Lutung dan Pulau Burung di Kecamatan Sinjuk, Kabupaten Belitung. Institut Pertanian Bogor. Bogor. [2] Avery, T. Berlin, G. 1985. Fundamental of Remote Sensing and Air-Photo Interpretasion. Prantice Hall, inc. New York. [3] Bahar, Ahmad., Dan Rahmadi Tambaru. 2011. Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Kawasan Wisata Bahari di Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Wisata Bahari Polman. Polewli-Mandar. [4] Bengen, D. G. dan Retraubun, A. S. W. 2006. Menguak Realitas dan Urgensi Pengelolaan Berbasis Eko-sosio Sistem Pulau-Pulau Kecil. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut P4L, Bogor. [5] Castro, P. dan Huber ME. 2005. Marine Biology Ed ke-5. Mc Graw Hill International. New York. [6] Ceballos, dan H. Lascurain. 1987. The future of ecotourism. Mexico Journal January, Mexico. [7] Clarke, K. C. 1997. Getting Started With Geographic Information Systems. Englewood Cliffs, New Jersey Prentice Hall. [8] Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP. 2009. Cerita Sukses COREMAP II Kabupaten Raja Ampat. Coral Reef Rehabilitation and Management Program Phase II COREMAP II Kabupaten Raja Ampat, Raja Ampat. [9] Dahuri, R., Rais J., dan Ginting 2004. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Paradya Paramitha. Jakarta. [10] English, S., C. Wilson, dan V. Baker. 1997. Survey Manual of Tropical Marine Resource. ASEAN-Australia Marine Science Project Living Coastal Resources. Australia. [11] FAO. 1981. A Frame for Land Evaluation. FAO and Agriculture Organization of The United Nastion. Roma. [12] Yapanto, Musa, 2018. Distribution of Seafood Production in Bajo Sector of Gorontalo Province Indonesia. International Journal of Innovative Science and Research Technology, 38. [13] Yapanto, L. M., & Olilingo, F. Z. 2020. The contribution of the fisheries and marine sectors to improving regional income. 2210, 1307โ1321. [14] Muhaimin, A. W., Toiba, H., Retnoningsih, D., & Yapanto, L. M. 2020. The Impact of Technology Adoption on Income and Food Security Of Smallholder Cassava Farmers Empirical Evidence From Indonesia. 299, 699โ706 [15] Setiawan, R., Pio, L., Cavaliere, L., Sankaran, D., Rani, K., Yapanto, L. M., Laskar, N. H., Raisal, I., Christabel, G. J. A., Setiawan, R., Petra, U. K., Airlangga, U., Pio, L., Cavaliere, L., & Foggia, U. Access to Financial Services and Women Empowerment, through Microfinance eligibility. 1, 841โ859. [16] Yapanto, L. M., Tanipu, F., Paramata, A. R., & Actors, E. 2020. THE EFFECTIVENESS OF FISHERY COOPERATIVE INSTITUTIONS. 1725, 1329โ1338. [17] Muhaimin, A. W., & Wijayanti, V. 2019. ANALYSIS OF MARKET STRUCTURE, CONDUCT AND PERFORMANCE OF CORN ZEA MAYS L. IN KEDUNG MALANG VILLAGE, PAPAR DISTRICT, KEDIRI REGENCY, EAST JAVA. International Journal of Civil Engineering and Technology IJCIET, 10, 10โ16. [18] Yapanto, L. 2019. Marketing Efficiency of Sea Food Production in Bajo District Boalemo Province Gorontalo. 1985. [19] Muhaimin, A. W., Toiba, H., Retnoningsih, D., & Yapanto, L. M. 2020. The Impact of Technology Adoption on Income and Food Security Of Smallholder Cassava Farmers Empirical Evidence From Indonesia. 299, 699โ706. [20] Yapanto, 2019. Marketing Efficiency of Sea Food Production in Bajo District Boalemo Province Gorontalo. 1985. [21] Yapanto, L. M., & Nursinar, S. Traditional Handline Fishing in Pohuwato Regency, Indonesia. 6, 24โ30. [22] Sundram, S., Venkateswaran, P. S., Jain, V., Yu, Y., Yapanto, L. M., Raisal, I., Gupta, A., & Regin, R. 2020. The Impact of Knowledge Management on The Performance of Employees The Case of Small Medium Enterprises. Productivity Management, 251S, 554โ567. [23] Yapanto, & Modjo, M. L. 2018. Assessing public awareness level on the preservation of coral reefs The case study in Biak Numfor, Papua, Indonesia. In Copyright EM International. [24] Baruadi, A. S. R., & Yapanto, L. M. 2020. Supporting the capacity of coastal areas in North Gorontalo District. 811, 1932โ1941. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Lis M YapantoFachruddin Z OlilingoยฒNorth Gorontalo District has potential fisheries resources. But the contribution of the fishery against Gross Regional Domestic Product GRDP only of In general, this research aims to identify and analyze the fisheries sector's assistance in the economy, knowing the base's level and exploring the fishery economic typology. The methods used are secondary data analysis. Data analysis is an analysis of Shift Share analysis, Location Quotient LQ, and the Klassen Typology analysis. Amount of LQ, typology of the economic sector of fisheries obtained assistance based on prevailing. Constant prices put the fishing on order/rank fifth and sixth in the achieving of GRDP. The fisheries sector in Gorontalo Utara district is not a sector basis with patterns and economic structure growing with a condition relative's left behind. Five sub-districts became a priority and needed to be developed/ is the resource of the new economy, and the center of technology administration, the essence of corporate organizations. It was used as a method for generating sustainable economic gains and higher performance from the 1990s. It has now become a key asset to maintain profitable corporate advantages and a catalyst for sustained progress and innovation. Each corporation aims to expand and develop whether it is a small business or a large company so that the owners can return on their investment. This objective can be achieved by sustainably superior corporate efficiency. Several variables will affect the current economy's operational success, but information management is becoming more relevant. This paper is intended to summarize knowledge management, emphasizing the importance of this practice area and, on the other hand, presenting some case studies on how knowledge management from various industries is applied. Therefore, after analyzing many case studies where knowledge management is applied, we will explore the concept that knowledge management has significant consequences for an organisation's efficiency. We will continue Manuscript; Original published in Productivity management, 251S, GITO Verlag, P. 554-567, ISSN 1868-8519, 2020 555 by emphasizing organisations' general view, their current economy, the information management framework, and how it can be used in organizations. This is accompanied by an overview of information management instances applied and their effect on overall performance. Ultimately, our statement indicates that knowledge management has a positive impact on business aim of this study was to assess the level of public awareness on the importance of the coral reefs preservation in Biak Numfor, Province Papua, Indonesia. The study employed descriptive qualitative research method. Data collection techniques were using questionnaires and interviews as well as documents. The result of this study showed that the level of public awareness on the coral reefs preservation as follows 1 in the district of Oridek with a population of 4,665 people, there are 52% aware of the necessity to regulate the management of marine resources corals; 2 in district Amaindo population of 2,209 people the level of awareness was high with a total 18% concern that the need for regulation management of marine resources and Padaido counties with a population of 1,707 inhabitants that have high levels of awareness about the need to regulate the management of marine resource utilization by 15%, as well as in districts Biak East with a population of 6,698 inhabitants that has a level of consciousness should be setting the management of marine resources especially coral reefs by 15%. In terms of public knowledge about the things that destroy coral reefs for Aimando region has the highest percentage, namely 50% of people already know all that can damage coral reefs. While at the district level Aimando people to things that can damage coral reefs by 21%, then the district Padaido is about 16%, in East Biak district-level people's knowledge to cause damage to coral reefs by 13%. Oridek people in the region have a high level of awareness. With Coremap program impacts most notably the increased well-being of coastal communities. In order to maintain the balance and preservation of coral reefs need to pass a law governing regulation. Coremap existence needs to be continued in order to preserve the existence of coral reef ecosystems to sustain life aquatic purpose of this study is to analyze the relationship between adoption of new technologies, income and food security of small farmers in East Java. Data from a survey of 300 cassava farmers from three districts Malang, Blitar, and Trenggalek, East Java Province were analyzed to explain this problem. Matching tendency scores are used to analyze the impact of adoption of new technologies such as the selection of "Varieties Malang 4" cassava varieties for corn flour to affect income and food security in cassava farmers. The results of econometric analysis reveal that there is an impact on heterogeneity of adoption. We find that adoption has a positive effect on agricultural income and diversity of household diets. However, the adoption has a negative impact on smallholder management strategies for food insecurity. The results show that improving technology can improve the welfare of small farmers. Lis M YapantoFarid Th MusaThe research was conducted in Bajo Tilamuta Village, Boalemo District, Gorontalo Province. Marketing is one of the most important activities in marketing seafood in Bajo Village in Boalemo, because one of the factors that become a constraint is the availability of adequate infrastructure. In Bajo Lemito Village, Boalemo Regency has high potential for fishery such as; Cucumbers and Pearls of the Sea, Mabe, Japing. The purpose of this study is to study the economic situation in Bajo Tilamuta Village Boalemo District, living conditions of fishermen, production and marketing. The research method used is descriptive by using purposive sampling method that is direct sampling because it is known before the sample can represent population. While the data analysis using quantitative and qualitative methods. The qualitative method is to provide a discussion of quantitative data relating to the theoretical aspects and separated by categories to get conclusions. The results of this study provide information that the sea cucumber classified as having a good marketing efficiency and categorized into the marketing that has been efficient when marketing pearl shells, Mabe, marketing Japing not Lis Lis M YapantoThe study was conducted in Bajo Tilamuta Village, Boalemo District, Gorontalo Province. Marketing is one of the most important activities in marketing the existing seafood in Bajo Village in Boalemo, because one of the factors that become obstacle is the availability of adequate infrastructure. In Bajo Lemito Village, Boalemo Regency has potential for high value fishery such as; Sea Cucumbers and Pearls, Mabe, Japing. The purpose of this study is to study the state of the economy in the Village Bajo Tilamuta Boalemo district, living conditions of fishermen, production and marketing. The research method is descriptive by using purposive sampling method that is taking direct samples because it is known before that the sample can represent the population. While the data analysis using quantitative and qualitative methods. Qualitative method is to provide a discussion of quantitative data relating to theoretical aspects and separated by category to get conclusions. The results of the study provide information that the sea cucumber is classified as having a good marketing efficiency and categorized into the already efficient marketing while marketing pearl shells, Mabe, Japing marketing has not been Sahri Lis M YapantoThe research objective is to determine the coastal area's carrying capacity, which is the main focus of research. The research has been conducted for three months, starting from Juny 2020 to August 2020. The data needed in this study consists of primary data and secondary data. Primary data comes from information that supports the achievement of research objectives. Primary data can come from field information, community information, and documents relevant to the achievement of research objectives. Secondary data consists of data related to the management and utilization of coastal areas, traditional and modern, and various other relevant documents. Primary collected data by observations and field surveys, interviews with key informants, namely people recorded as having lived in coastal areas for a long time. The in-depth interview process carried out using an interview guide, which contains the informant's main things. Technical Sampling by Purposive Sampling, namely the area selected based on its ability to answer and provide information about the problem and research objectives. The area taken as the sample is because the researcher thinks that the coastal area has the information needed for his research. The number of samples taken was three districts from a homogeneous sub-district population. Analysis of the priority of coastal area development using an integrated approach This analysis will be carried out using the process hierarchy analysis AHP. The conclusion that fishing technology has not been able to maximize fisheries' full potential in marine areas. The government must immediatelybuilding infrastructure that supports downstreaming in coastal areas, encouraging increased capacity or volume of capture fisheries using fishermen's Pontensi Ekosistem Terumbu Karang UntukWisata Bahari Snokeling dan Selam di Pulau KeraAldino AkbarAkbar, Aldino. 2006. Inventarisasi Pontensi Ekosistem Terumbu Karang UntukWisata Bahari Snokeling dan Selam di Pulau Kera, Pulau Lutung dan Pulau Burung di Kecamatan Sinjuk, Kabupaten Belitung. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
yangindah. Kelestarian lingkungan seperti keberadaan ekosistem stem lamun, ekosistem mangrove dan lain Indonesia. Wisata bahari yang dikembangkan merupakan jasa lingkungan dari bagian sumber daya yang akan memberikan manfaat pada kepuasan batin seseorang dikarenakan mengandung nilai estetika (Ali, 2004). Nilai
terumbu karang sumber pixabayTerumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Penyusun utama dari ekosistem ini, yaitu sekelompok binatang karang penghasil terumbu karang mempunyai peran penting dalam menjaga sumber daya perikanan dan kelautan. Indonesia termasuk dalam segitiga karang di dunia yaitu wilayah yang kaya akan terumbu karang. Akan tetapi, banyaknya aktivitas manusia memberikan dampak yang buruk bagi terumbu karang yang akhirnya mengancam ekosistem karena itu, kita harus menjaga terumbu karang karena terumbu karang memiliki peran yang sangat penting bagi aspek ekologi, ekonomi juga aspek peran penting dalam aspek ekologi terumbu karang berfungsi menjadi habitat dari berbagai jenis biota laut. Berbagai jenis biota laut menjadikan terumbu karang sebagai tempat tinggal,mencari makan, dan tentunya menjadi tempat dimana biota laut berkembang biak. Dengan adanya terumbu karang, berbagai jenis biota laut dapat terus hidup dan berkembang biak sehingga keberadaan mereka tetap lestari. Selain itu, terumbu karang bersama dengan padang lamun dan hutan mangrove berperan penting sebagai penahan gelombang air laut untuk melindungi daerah pantai dari abrasi sehingga daerah pantai tidak rusak akibat terkikis oleh gelombang aspek ekonomi terumbu karang menyediakan berbagai jenis ikan yang dapat dikonsumsi ataupun dijual untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu, beraneka macam biota yang hidup di terumbu karang juga sering dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk obat-obatan dan juga kosmetik. Keindahan terumbu karang juga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan sebagai objek aspek sosial terumbu karang bermanfaat dalam kegiatan pendidikan terutama mengenai ekosistem pesisir, mengenai tumbuhan dan hewan laut serta pecinta alam. Selain itu, terumbu karang juga digunakan sebagai sarana karang sumber pixabayDapat di lihat bahwa terumbu karang memiliki banyak manfaat. Akan tetapi, terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Ekosistem terumbu karang banyak menghadapi permasalahan dan tingkat kerusakan terumbu karang terus meningkat. Terdapat banyak hal yang dapat merusak ekosistem terumbu karang di antaranya pemanasan global, pembuangan limbah ke laut, sampah, polusi, penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom dan terumbu karang rusak maka berbagai jenis biota laut akan kehilangan tempat tinggal dan tempat makan mereka serta tidak dapat berkembang biak. Jika hal ini terus berlanjut tentunya akan mengurangi populasi biota laut dan menyebabkan kepunahan sehingga kita tidak dapat memanfaatkan sumber daya karena itu, kita perlu menjaga terumbu karang agar tetap dalam kondisi yang baik sehingga biota laut akan terus lestari dan kita juga menerima banyak manfaat yang di sediakan oleh terumbu karang.Disitu hidup banyak jenis ikan yang warnanya indah. Indonesia memiliki lebih dari 253 jenis ikan hias laut. Karena keberadaan terumbu karang tersebut sangat penting dalam pengembangan berbagai sektor termasuk sektor pariwisata. Khusus mengenai terumbu karang, Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang untuk seluruh Indo
Perkembanganpotensi maritim didefinisikan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang bertujuan menggali potensi maritim untuk membulatkan keutuhan pembangunan yang sedang diselenggarakan. Dalam hal ini , seperti bidang kelautan yang didefinisikan sebagai sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri maritim,
.